Perpindahan Selera: Menurunnya Tren Jus dalam Kemasan
Belakangan ini, minuman siap saji dalam kemasan masih sangat populer karena dianggap lebih praktis oleh konsumen. Jus dalam kemasan, sebagai salah satu jenis minuman kemasan, turut meramaikan pasar. Sebagian orang mengkonsumsi jus dalam kemasan untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan nutrisi, menjadikannya alternatif praktis dari jus segar. Namun, ada juga yang menilai jus dalam kemasan mengandung terlalu banyak gula dan pengawet.
Lalu, bagaimana kondisi pasar jus dalam kemasan saat ini? Apakah konsumen masih memilihnya, atau mulai beralih ke minuman lain yang dianggap lebih sehat?
Dalam artikel ini, kami membahas kondisi pasar jus dalam kemasan di minimarket, sekaligus menggali perilaku dan persepsi konsumen terhadap jus dalam kemasan — mengungkap alasan mengapa mereka tetap memilih jus dalam kemasan atau justru beralih ke kategori lain. Kajian ini menggabungkan hasil survei terhadap 800 responden serta data penjualan dari POS (Point of Sales).
Berdasarkan data transaksi, penjualan minuman mengalami sedikit penurunan, yang terutama disebabkan oleh turunnya penjualan kategori minuman dalam kemasan — padahal kategori ini memiliki kontribusi terbesar terhadap total penjualan minuman. Kategori minuman dalam kemasan meliputi teh dalam kemasan, jus dalam kemasan, dan kopi dalam kemasan. Sebaliknya, kategori Plain Water — yang mencakup air mineral botol dan galon — justru menunjukkan pertumbuhan penjualan yang cukup signifikan, mencapai 10%.

Di antara kelompok minuman dalam kemasan, hanya kopi dalam kemasan yang masih mencatat sedikit pertumbuhan penjualan. Sementara itu, teh dalam kemasan dan jus dalam kemasan sama-sama menurun, jus dalam kemasan mengalami penurunan paling dalam — lebih dari 20%. Jika minuman dalam kemasan lain masih mampu memperluas basis konsumennya meskipun pengeluaran dari tiap konsumennya menurun, jus dalam kemasan justru mengalami penurunan pada dua sisi: jumlah konsumen dan nilai pengeluaran dari tiap konsumen. Hal inilah yang menjadi pendorong utama turunnya performa keseluruhan kategori minuman dalam kemasan.

Sekitar 54,7% konsumen yang membeli jus dalam kemasan di 2024 tidak lagi membelinya di 2025. Menariknya, kelompok konsumen yang “hilang” ini memiliki pengeluaran lebih tinggi dibanding konsumen baru (yang tidak membeli di 2024, tapi mulai membeli di 2025). Di sisi lain, konsumen yang masih tetap membeli jus dalam kemasan di kedua tahun tersebut juga menurunkan pengeluarannya. Gabungan dari menurunnya pengeluaran konsumen lama dan rendahnya pengeluaran konsumen baru membuat nilai belanja rata-rata jus dalam kemasan per konsumen ikut turun secara keseluruhan.

Meski begitu, konsumen yang berhenti membeli jus dalam kemasan tidak sepenuhnya meninggalkan kategori minuman. Sebagian besar masih membeli jenis minuman lain, dengan air mineral menjadi pilihan utama mereka, diikuti oleh kategori minuman dalam kemasan lainnya.

Untuk konsumen yang masih membeli jus dalam kemasan namun dengan pengeluaran lebih rendah, 98% di antaranya juga membeli kategori minuman lain. Air mineral dan teh dalam kemasan menjadi dua pilihan terbanyak. Pada kedua kategori tersebut, pengeluaran mereka justru meningkat — menunjukkan adanya pergeseran alokasi belanja dari jus dalam kemasan ke minuman lain.

Melihat penurunan yang terjadi pada kategori jus dalam kemasan, penting untuk memahami faktor-faktor di balik perubahan ini dari sisi konsumen. Bagaimana sebenarnya konsumen memandang jus dalam kemasan?
Banyak yang mengasosiasikan jus dalam kemasan dengan minuman yang “artifisial” dan tinggi gula, bukan yang benar-benar berbasis buah atau sehat. Kondisi ini membuka peluang bagi merek untuk membangun kembali citra jus dalam kemasan dengan menonjolkan bahan alami, kesegaran, dan manfaat buah asli.

Hampir setengah dari konsumen masih mengkonsumsi jus dalam kemasan setidaknya seminggu sekali. Jus dalam kemasan tetap diminati karena praktis dan menyegarkan, terutama saat konsumen membutuhkan minuman cepat saji. Meskipun minat terhadap kategori lain meningkat, jus dalam kemasan masih menjadi pilihan yang familiar dan mudah dijangkau bagi banyak orang.

Lalu, mengapa konsumsi dan pengeluaran untuk jus dalam kemasan menurun?
Di antara 67% konsumen yang kini beralih ke kategori minuman lain, sebagian besar mengaku mencari pilihan yang lebih sehat dan ingin menghindari rasa bosan. Artinya, konsumen semakin aktif mengeksplorasi variasi dan produk dengan orientasi kesehatan — sebuah sinyal bahwa merek jus dalam kemasan perlu berinovasi dengan varian yang lebih segar, alami, dan menarik agar tetap relevan.

Sementara itu, di antara mereka yang sudah tidak lagi membeli minuman dalam kemasan sama sekali, sebanyak 52% beralih ke jus segar, karena ingin menghindari pengawet dan memilih sesuatu yang terasa lebih alami dan segar.

Penurunan jus dalam kemasan mencerminkan pergeseran cara konsumen mendefinisikan “sehat”. Kini, mereka semakin memilih produk yang sederhana dan alami seperti air mineral dan jus segar. Agar bisa kembali diminati, jus dalam kemasan perlu membangun ulang citranya — bukan hanya sebagai minuman praktis, tapi juga sebagai pilihan yang benar-benar sejalan dengan gaya hidup sehat yang semakin berkembang.
Kami berharap data dan insight ini bermanfaat bagi Anda. Jika Anda ingin mengetahui performa produk Anda lebih dalam, kami siap membantu. Dengan lebih dari 22 juta member dan jutaan transaksi harian, kami dapat memberikan analisis mendalam tentang perilaku konsumen dan performa produk untuk mendukung keputusan bisnis Anda.
