November 26, 2025

Penurunan Penjualan Susu Kehamilan: Ekonomi, Preferensi, atau Medis?

Menurut Halodoc, tidak semua ibu hamil diwajibkan untuk mengonsumsi susu kehamilan jika kebutuhan nutrisinya sudah terpenuhi melalui pola makan yang seimbang. Namun, susu kehamilan memiliki banyak manfaat karena kaya akan kalsium, vitamin D, protein, serta berbagai nutrisi penting lainnya yang sangat mendukung kesehatan ibu dan perkembangan janin. 
(Sumber:https://www.halodoc.com/artikel/minum-susu-saat-hamil-perlu-enggak-sih?srsltid=AfmBOorCEKec-6GeDHqMtjL6nF8lt81E98LpePgDBNEtyDZo3SIfx-Uf)

Pertanyaan yang menarik adalah bagaimana persepsi masyarakat Indonesia terhadap susu kehamilan? dan bagaimana pola konsumsinya saat ini? Untuk menjawab hal tersebut, kajian ini menggabungkan hasil survei responden dengan data penjualan dari POS (Point of Sales), sehingga memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai tren dan perilaku konsumen.

Data transaksi menunjukkan adanya penurunan penjualan pada susu hamil yang cukup tajam dibandingkan tahun sebelumnya, yakni mencapai 20%. Penjualan cenderung konsisten mengalami penurunan sejak kuartal pertama 2024 hingga kuartal ketiga 2025.


Sumber: Data POS Tracking

Mayoritas pembeli susu kehamilan adalah perempuan, terutama yang berusia 25–39 tahun atau ibu muda. Meski begitu, penurunan penjualan tidak hanya terjadi pada kelompok ini, tetapi merata di seluruh rentang usia, menandakan bahwa persepsi terkait kebutuhan susu kehamilan menurun secara luas.


Sumber: Data POS Tracking

Analisis lebih mendalam terkait penyebab turunnya penjualan susu hamil terutama disebabkan oleh berkurangnya jumlah pelanggan yang mencapai 22% dibandingkan tahun lalu. Penurunan ini tercermin pula dalam tren bulanan yang menunjukkan pertumbuhan negatif secara konsisten, menandakan lemahnya retensi pelanggan dari bulan ke bulan.

Sumber: Data POS Tracking

Jika dibedah lebih mendalam, penurunan pelanggan terjadi baik pada pelanggan lama maupun pelanggan baru. Pelanggan lama, yang kini mencakup 46% dari total basis, mengalami penurunan signifikan sebesar 30%. Sementara itu, meskipun proporsi pelanggan baru meningkat menjadi 54%, jumlahnya tetap turun 19% dibanding tahun sebelumnya. Dari pelanggan baru tersebut, hanya sekitar 28% yang berhasil melakukan pembelian ulang, hal ini menunjukkan bahwa retensi susu hamil masih menjadi tantangan tersendiri.


Sumber: Data POS Tracking

Dari hasil survei, kami menelusuri alasan ibu hamil yang tidak pernah mengonsumsi susu kehamilan. Beberapa responden menilai bahwa rasa susu kehamilan terlalu manis, sehingga dikhawatirkan dapat memicu mual. Selain itu, sebagian ibu menyebut bahwa dokter tidak memberikan rekomendasi yang kuat untuk mengonsumsi susu kehamilan.

Sebagai alternatif, ibu hamil cenderung memilih sumber nutrisi lain. Pilihan utama mereka adalah vitamin dan suplemen, dengan merek seperti Blackmores atau suplemen yang direkomendasikan dokter paling banyak dikonsumsi, biasanya 1–3 kali sehari. Bahkan, beberapa responden merasa kebutuhan nutrisinya sudah tercukupi melalui pola makan harian, seperti sayur dan buah, sehingga mereka tidak merasa perlu menambahkan susu khusus kehamilan.


Sumber: Customer Insight

Selain itu, kami juga menelusuri alasan ibu hamil yang berhenti mengonsumsi susu kehamilan. Hasil survei menunjukkan bahwa mayoritas ibu yang sebelumnya rutin mengonsumsi susu kehamilan cenderung menghentikan konsumsi pada masa akhir kehamilan. Beberapa mulai berhenti sejak trimester kedua, namun mayoritas berhenti pada trimester ketiga. Pada tahap ini, kekhawatiran utama ibu adalah kemungkinan konsumsi susu kehamilan menyebabkan berat badan bayi menjadi berlebih.

Sumber: Customer Insight

Setelah berhenti mengonsumsi susu kehamilan, sebagian kecil ibu hamil tidak mengganti dengan produk lain karena merasa kebutuhan nutrisinya sudah tercukupi atau ingin menghemat pengeluaran. Namun, mayoritas justru memilih produk pengganti. Mereka menilai produk tersebut memiliki kandungan nutrisi yang lebih lengkap, lebih praktis dikonsumsi, tidak menimbulkan rasa mual, dan direkomendasikan oleh dokter. Sebagian besar beralih ke vitamin dan suplemen, seperti Blackmores atau suplemen lain yang direkomendasikan dokter, dengan frekuensi konsumsi 1–3 kali sehari. Selain itu, beberapa ibu merasa bahwa asupan nutrisi dari sayur dan buah sehari-hari sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Sumber: Customer Insight

Dari kelompok ibu hamil ini, kami juga menggali ketertarikan mereka terhadap konsumsi susu kehamilan di masa mendatang. Sebanyak 42% dari mereka yang sebelumnya tidak pernah mengonsumsi susu kehamilan menyatakan kemungkinan kecil untuk mulai mengonsumsinya, karena merasa kebutuhan nutrisi tidak hanya dapat dipenuhi melalui susu dan kurang direkomendasikan oleh dokter. Sementara itu, 59% dari ibu yang sebelumnya berhenti mengonsumsi susu kehamilan menyatakan kemungkinan besar akan kembali mengonsumsinya untuk mendukung pemenuhan kebutuhan nutrisi mereka.

Sumber: Customer Insight

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penurunan penjualan susu kehamilan terutama disebabkan oleh perubahan persepsi di kalangan ibu hamil, yang merasa kebutuhan nutrisi mereka sudah dapat dipenuhi melalui makanan bergizi serta vitamin dan suplemen yang lebih praktis dan direkomendasikan oleh dokter. Baik pelanggan baru maupun lama mengalami penurunan, dan rendahnya tingkat pembelian ulang di antara pelanggan baru menunjukkan tantangan dalam mempertahankan konsumsi. Akibatnya, susu kehamilan kini semakin tidak dianggap sebagai kebutuhan pokok oleh banyak ibu hamil.

Kami berharap data dan insight ini bermanfaat bagi Anda. Jika Anda ingin mengetahui performa produk Anda lebih dalam, kami siap membantu. Dengan lebih dari 22 juta member dan jutaan transaksi harian, kami dapat memberikan analisis mendalam tentang perilaku konsumen dan performa produk untuk mendukung keputusan bisnis Anda.

(Business Analyst Alfagift/Image Doc. Photo by Matilda Wormwood on Pexels).

Hasil Besar. Investasi Kecil.

Siap ambil langkah pertama?